Rabu, 02 Desember 2009

Autumn in Japan


Mendapat kesempatan untuk mengunjungi negara Jepang adalah kesempatan yang sangat berharga dan meninggalkan kesan yang sangat dalam bagi saya pribadi dan empat belas orang teman lainnya dari beberapa provinsi di Indonesia.

Kunjungan studi kajian wisata selama kurang lebih 13 hari (4-16 Nopember 2009) tersebut adalah reward dari Depdiknas bagi para gupres pilihan tahun 2007 dan 2008, jenjang SMP dan SMA.
Tidak ada ungkapan lain yang dapat kami katakan pada saat di sana ditengah dinginnya musim gugur, selain rasa syukur dan decak kagum akan negara matahari terbit tersebut yang sanggup mengawinkan antara modernisasi teknologi, tradisi budaya leluhur, dan budaya ramah lingkungan.

Terlepas dari canggihnya fasilitas yang tersedia, saya ingin menggarisbawahi tentang ‘Budaya Malu’ yang tertanam pada pribadi masyarakat Jepang. Mereka selalu berusaha keras untuk melakukan yang terbaik, mereka malu apabila hanya duduk kongkow-kongkow karena pasti dicap pengangguran, malu apabila membuang sampah sembarangan, malu apabila lingkungannya kotor, malu apabila terlambat, malu apabila terlalu banyak bicara tetapi tidak berbuat apa-apa, serta banyak ‘malu’ lainnya yang menjurus ke arah yang positif. Budaya ini yang saya yakini sebagai hal yang mendasari keberhasilan Jepang karena dapat memicu semangat kerja keras pada masing-masing individu.

Semua yang saya alami membuat saya berangan-angan…. kapan ya warga Indonesia memiliki budaya malu? Malu kalau malas, malu kalau lingkungannya kotor, malu kalau keluyuran pada saat jam kerja, malu kalau membuang sampah sembarangan, malu kalau meributkan hak tetapi tidak melaksanakan kewajiban, malu kalau melanggar tata tertib, malu kalau curang, dan banyak lagi hal-hal yang harus nya kita malu untuk melakukannya. Sehingga tercipta suatu suasana yang nyaman karena lingkungannya bersih dan sehat; suasana berlalulintas yang aman karena semua masyarakat mamatuhi tata tertib dan aparat tegas dan berwibawa dalam menegakkan tata tertib; suasana kerja yang kompetitif dengan persaingan yang sehat; dan rasa aman karena merasa diayomi oleh para pemimpin yang amanah dan selalu berpihak pada kepentingan rakyat.

Walaupun ini sekedar angan-angan dan harapan tapi saya yakin bahwa suatu saat, cepat atau lambat, insyaallah harapan ini akan menjadi kenyataan ~amin~ . Saya pribadi merasa optimis karena belajar dari perjalanan hidup yang telah saya lalui dimana saya mengalami banyak ‘miracles,’ yang dulu pada saat masih sekolah, jangankan berharap, mimpipun saya tidak berani. Tetapi Allah s.w.t. sungguh maha segalanya bahwa apapun yang tidak mungkin di dunia ini akan menjadi mungkin asal kita selalu berusaha secara optimal dan tanpa pamrih.

(~ Nur ~ Nopember 2009)

1 komentar:

ade yusuf yulianto X-9 mengatakan...

maaf bu saya ndak bisa download ...???